Pages

Saturday, February 28, 2015

Perkembangan Pada Anak Usia Sekolah Dasar (SD)



a.    Perkembangan Intelektual
Intelektual menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) merumuskan intelektual sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelektual bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemamapuan intelektual atau kemampuan kognitif. Menurut Piaget masa ini berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan:
1.    Kemampuan mengklasifikasikan benda-benda dengan ciri yang sama.
2.    Menyusun atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan.
3.    Memecahkan yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikanya berbagai kecakapan yng dapat mengembangkan pola piker atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran atau peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti lomba mengarang, menggambar dan menyanyi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perkembangan Intelek
a.    Bertambahnya informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
b.    Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang bisa berpikir proporsional.

b.   Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak juga akan cenderung stabil, namun apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil, maka perkembangan emosi anak juga cenderung kurang stabil.
Karakteristik emosi anak
Karakteristik Emosi Stabil
Karakteristik Emosi Tidak Stabil
Mewujudkan wajah ceria
Mewujudkan wajah murung
Dapat berkosentrasi dalam belajar
Mudah tersinggung
Bersikap respect (menghargai) terhadap diri sendiri dan orang lain
Suka marah-marah

c.    Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Perkembangan sosial juga bisa diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembangan sosial pada anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (ogosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mulai berminat terhadap kegiatan- kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah_, maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
Tugas-tugas kelompok ini haruslah memberikan kesempatan kepada setiiap peserta didik atau siswa untuk menunjukkan prestasinya. Dengan bekerja kelompok, siswa dapat belajar tentang bagaimana cara ia bersosialisasi, bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan bertanggung jawab.

d.   Perkembangan Bahasa
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis bahsa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahsa isyarat, bahsa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Bahsa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan persaan sorang disimbolisasikan agar dapat menyamaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu perkembangan bahasa dimulai dengan tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terdiri atas 2 periode besar yaitu periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan (1-5 linguistik). Periode linguistik terbagi terbagi dalam 3 fase besar yaitu :

1)   Fase Satu Kata Atau Holofase
Pada fase ini anak menggunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya perbedaan yang jelas. Misalkan kata duduk, bagi anak berarti ” saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “ mama sedang duduk”.

2)   Fase Lebih Dari Satu Kata
Fase dua kata muncul pada anak erusia sekita 18 bulan. Fase ini anak sudah dapat membuat dua kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat etrsebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Orang melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.

3)   Fase Ketiga Fase Diferensiasi
Eriode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dlam berbicara anak bukan hanya menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesui dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.

e.    Perkembangan Sosial
Terdapat kaitan yang erat antara keteramilan bergul dengan masa bahagia pada waktu akanak-kanak. Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas sosial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan datang atau meningkat dewasa. Oleh karena itu prilaku dan kebiasaan orang tua harus merupakan contoh atau model maupun teladan yang selalu ditiru dan dibanggakan oleh anaknya. Hl tersebut dilakukan oleh anak semenjak ia diusia balita yang suka meniru apa saja yang ia lihat dari tindak tanduk orang tua, cara bergaul orang tua, cara berbicara dan berinteraksinya, di lingkungan sekita, cara orang tua menghadapi teman, tamu dan sebagainya, slalu mendapat perhatian anak kemudian menirunya.

f.     Perkembangan Moral Dan Sikap
Pada awal masa kanak-kanak, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi dengan ibunya dan ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa-masa selanjutnya perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengedintifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlwan-pahlawan, pimpinan masyarakat. Sejalan tambahan usia anak, biasanya anak mulai membrontak pada disiplin yang diterapkan dirumah atau disekolah. Berikut ini beberapa proses pembentukkan prilaku moral dan sikap anak.


Baca juga artikel lainnya tentang :


No comments:

Post a Comment