a.
Perkembangan Intelektual
Intelektual menurut para ahli
diantaranya menurut Wechler (1958) merumuskan intelektual sebagai
"keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelektual bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi
ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual.
Pada usia sekolah dasar anak sudah
dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar
yang menuntut kemamapuan intelektual atau kemampuan kognitif. Menurut Piaget
masa ini berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan:
1. Kemampuan
mengklasifikasikan benda-benda dengan ciri yang sama.
2. Menyusun atau
mengasosiasikan angka-angka atau bilangan.
3. Memecahkan yang
sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini
sudah cukup untuk menjadi dasar diberikanya berbagai kecakapan yng dapat
mengembangkan pola piker atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya,
daya cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi peluang-peluang untuk
bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran atau
peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah
dalam mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan seperti lomba mengarang, menggambar dan
menyanyi.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi perkembangan Intelek
a. Bertambahnya
informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
b. Banyaknya
pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang bisa
berpikir proporsional.
b.
Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari
bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia
mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengontrol
emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang
tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosionalnya stabil, maka
perkembangan emosi anak juga akan cenderung stabil, namun apabila kebiasaan
orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil, maka perkembangan emosi
anak juga cenderung kurang stabil.
Karakteristik emosi anak
Karakteristik Emosi Stabil
|
Karakteristik
Emosi Tidak Stabil
|
Mewujudkan
wajah ceria
|
Mewujudkan wajah murung
|
Dapat berkosentrasi dalam belajar
|
Mudah
tersinggung
|
Bersikap respect (menghargai) terhadap diri sendiri
dan orang lain
|
Suka marah-marah
|
c.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian
kematangan kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Perkembangan sosial
juga bisa diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembangan sosial pada anak usia
SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota
keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan
sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memliki
kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri
(ogosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mulai berminat terhadap kegiatan-
kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh
kelompoknya
Dalam proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti
membersihkan kelas dan halaman sekolah_, maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
Tugas-tugas kelompok ini haruslah
memberikan kesempatan kepada setiiap peserta didik atau siswa untuk menunjukkan
prestasinya. Dengan bekerja kelompok, siswa dapat belajar tentang bagaimana
cara ia bersosialisasi, bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan
bertanggung jawab.
d.
Perkembangan Bahasa
Setiap manusia
mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis bahsa
mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan,
tulisan, bahsa isyarat, bahsa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni.
Bahsa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan persaan sorang
disimbolisasikan agar dapat menyamaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu
perkembangan bahasa dimulai dengan tangisan pertama sampai anak mampu bertutur
kata. Perkembangan bahasa terdiri atas 2 periode besar yaitu periode
Prelinguistik (0-1 tahun) dan (1-5 linguistik). Periode linguistik terbagi
terbagi dalam 3 fase besar yaitu :
1)
Fase
Satu Kata Atau Holofase
Pada fase ini anak
menggunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa
keinginan, perasaan atau temuannya perbedaan yang jelas. Misalkan kata duduk,
bagi anak berarti ” saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga
berarti “ mama sedang duduk”.
2)
Fase
Lebih Dari Satu Kata
Fase dua kata muncul
pada anak erusia sekita 18 bulan. Fase ini anak sudah dapat membuat dua kalimat
sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat etrsebut kadang-kadang terdiri
dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek
dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan
tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Orang melakukan tanya jawab
dengan anak secara sederhana.
3) Fase Ketiga Fase Diferensiasi
Eriode terakhir dari
masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun.
Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dlam
berbicara anak bukan hanya menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi
anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesui dengan jenisnya, terutama
dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.
e.
Perkembangan Sosial
Terdapat kaitan yang
erat antara keteramilan bergul dengan masa bahagia pada waktu akanak-kanak.
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan
serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai
aktivitas sosial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk
mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan datang
atau meningkat dewasa. Oleh karena itu prilaku dan kebiasaan orang tua harus
merupakan contoh atau model maupun teladan yang selalu ditiru dan dibanggakan
oleh anaknya. Hl tersebut dilakukan oleh anak semenjak ia diusia balita yang
suka meniru apa saja yang ia lihat dari tindak tanduk orang tua, cara bergaul
orang tua, cara berbicara dan berinteraksinya, di lingkungan sekita, cara orang
tua menghadapi teman, tamu dan sebagainya, slalu mendapat perhatian anak
kemudian menirunya.
f.
Perkembangan Moral Dan Sikap
Pada awal masa
kanak-kanak, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi dengan ibunya dan ayahnya
atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa-masa selanjutnya
perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengedintifikasi dirinya
dengan tokoh-tokoh, pahlwan-pahlawan, pimpinan masyarakat. Sejalan tambahan
usia anak, biasanya anak mulai membrontak pada disiplin yang diterapkan dirumah
atau disekolah. Berikut ini beberapa proses pembentukkan prilaku moral dan sikap
anak.
Baca
juga artikel lainnya tentang :
Artikel Terkait
0 comments:
Post a Comment