Mereka mengembangkan
rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan.
Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan
dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau
ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, sehingga menghambat mereka
dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan
tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik
motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap
opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia
11 atau 12 tahun ke atas.
Berdasarkan uraian di
atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap
ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada
objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.
Pada usia ini mereka
masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan
sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam
lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi
sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin
tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap
hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor
ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak
menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5)
pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
Dengan karakteristik
siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas
perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan
baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa
sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih
bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif
dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok.
Adapun karakteristik
yang terdapat pada anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah sebagaiberikut :
a.
Anak
SD Senang Bermain
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk
kelas rendah. Guru SD sebaiknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model
pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya
diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan
pelajaran yang mengandung unsure permainan seperti pendidikan jasmani, atau
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
b.
Anak
SD Senang Bergerak
Orang
dewasa dapat duduk berjam‐jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh
karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang
lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
c.
Anak
SD Senang Bekerja dan Berkelompok
Anak senang bekerja
dalam kelompok maksudnya sebagai seorang manusia,
anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelomppok tertentu untuk bermain. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga, belajar keadilan dan demokrasi.
anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelomppok tertentu untuk bermain. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga, belajar keadilan dan demokrasi.
Hal ini dapat membawa
implikasi buat kita sebagai calon guru agar menetapkan metode atau model
belajar kelompok agar anak mendapatkan pelajaran seperti yang telah disebutkan
di atas, guru dapat membuat suatu kelompok kecil misalnya 3-4 anak agar lebih
mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan pendapat dan sifat dari
anak-anak tersebut dan mengurangi pertengkaran antar anak dalam satu kelompok.
Kemudian anak tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya bersama, disini
anak harus bertukar pendapat anak menjadi lebih menghargai pendapat orang lain
juga.
d.
Senang
Merasakan atau Melakukan Secara Lengsung
Ditinjau dari teori
perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa
yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep konsep baru dengan
konsep-konsep lama. Jadi dalam pemahaman anak SD semua materi atau pengetahuan yang
diperoleh harus dibuktikan dan dilaksanakan sendiri agar mereka bisa paham
dengan konsep awal yang diberikan. Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis
kelamin, moral, dan sebagainya. Dengan demikian kita sebagai calon guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah
mata angina, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk
langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan
diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
e.
Anak
Cengeng
Pada umur anak SD, anak
masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua
keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus selalu dibimbing. Di sini
sebagai calon guru SD maka kita harus membuat metode pembelajaran tutorial atau
metode bimbingan agar kita dapat selalu membmbing dan mengarahkan anak,
membentuk mental anak agar tidak cengeng.
f.
Sulit
Memahami Isi Pembicaraan Orang Lain
Pada pendidikan dasar
yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan guru, disini guru harus
dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat misalnya dengan cara metode
ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan
sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan ceramah yang dimana
guru Cuma berbicara didepan membuat anak malah tidak pmemahami isi dari apa
yang dibicarakan oleh gurunya.
g.
Senang
Diperhatikan
Di dalam suatu
interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau
gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin diperhikan akan berusaha menjawab atau bertantya dengan guru agar anak lain beserta guru memperhatikannya.
gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin diperhikan akan berusaha menjawab atau bertantya dengan guru agar anak lain beserta guru memperhatikannya.
h.
Senang
Meniru
Dalam kehidupan sehari
hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh
acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smack
down yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang
melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya terluka.
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh
acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smack
down yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang
melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya terluka.
Demikianlah
beberapa karakeristik yang bisa saya bagikan kepada kalian semua, artikel ini
saya buat karena ada beberapa tugas dari dosen mengenai hal tersebut, dan apa
salahnya kalau saya bagikan kepada kalian semua lewat blog saya ini.
Baca
juga artikel lainnya tentang :
Artikel Terkait
0 comments:
Post a Comment