Permasalahan yang
dialami manusia tidak akan pernah putus sampai ajal menjemput, permasalahan
manusia akan semakin memuncak ketika mereka menginjak usia transisi dimana
keingin tahuan yang sangat tinggi dengan semangat yang menggebu-gebu akan
sia-sia tanpa bimbingan yang terarah, perkiraan usia transisi manusia yaitu
ketika mereka berada di jenjang sekolah tingkat menengah, ketika mereka
menginjak remaja dan dewasa awal, mereka lebih tenar dengan istilah ABG (Anak
Baru Gede).
Masalah-masalah yang
dihadpi peserta didik sbagai berikut :
a.
Masalah-Masalah
Internal Belajar
Dalam interaksi belajar
mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar
yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan
bahan belajar.
Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1) Sikap
Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak
atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap
siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang
salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar.
Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini
akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan
menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli terhadap
belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa
sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
2) Motivasi
Belajar
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar
pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat
meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila
siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya
ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang gurumampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun
siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut
ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
3) Konsentrasi
Belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Menurut seorang
ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah
mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama
beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa
obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat
ditingkatkan.
4) Mengolah
Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar
merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai
dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai
kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik
jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa
benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan
belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga
seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
5) Menyimpan
Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan
hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek
maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses
pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya
hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan
oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar
yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini
sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau
tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama
disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
6) Menggali
Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar
yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam
hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau
mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil
atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan
lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau
pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran
penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan
baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jikasiswa tidak
berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.
7) Kemampuan
Berprestasi
Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini
siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan
bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian
siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut
terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan,
pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan
pengalaman.
8) Rasa
Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri
timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian perwujudan diriyang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.
Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya
dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan
merasa lemah percaya dirinya.
9) Intelegensi
Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan
suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar
atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
10) Kebiasaan
Belajar
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai
materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa
belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan
belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin,
bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian
kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar
bagi diri sendiri.
11) Cita-Cita
Siswa
Cita-cita sebagai
motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan
sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa
selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita
tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi
maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
Artikel Terkait
0 comments:
Post a Comment